Hakikat Kemampuan Menyimak


A.       Pengertian Menyimak dan tahap-tahap Menyimak
                   Menyimak adalah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasi, menilai, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya. Menyimak melibatkan pendengaran, penglihatan, penghayatan, imgatan, pengertian. Bahakan situasi yang menyertai bunyi bahasa yang disimak pun harus diperhitungkan dalam menentukan maknanya.[1]
                Beberapa orang ahli pengajaran bahasa beranggapan bahwa menyimak adalah suatu proses. Loban membagi proses menyimak tersebut atas tiga tahap, yakni pemahaman, penginterpretasian, dan penilaian. Logan dan greene membagi proses menyimak atas empat tahap, yakni mendengarkan, memahami, mengevaluasi, dan menanggapi. Walker Morris membagi proses menyimak itu atas lima tahap, yakni mendengar, perhatian, persepsi, menilai, dan menanggapi.
                Berdasarkan keterangan dan pendapat para ahli pengajaran bahasa tersebut dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah suatu proses. Proses menyimak tersebut mencakup enam tahap, yakni:
1)        Mendengar
2)        Mengidentifikasi
3)        Menginterpretasi
4)        Memahami
5)        Menilai
6)        Menanggapi.

Dalam KBM menyimak, pola KBM umum yang dikemukakan oleh Kemp (1977) dapat diberlakukan pada aktivitas menyimak.[2] Berikut ini beberapa tahapannya.
1)        Identifikasi. Peserta didik mempersepsi bunyi-bunyi dan frase-frase dengan mengidentifikasi unsur-unsur ini secara langsung dan holistik terhadap artinya.
2)        Identifikasi dan seleksi tanpa retensi. Peserta didik mendengarkan untuk kesenangan memahami, menyarikan sekuen, tanpa dituntut untuk mendemonstrasikan pemahaman melalui penggunaan bahasa secara aktif.
3)        Identifikasi dan seleksi terarah dengan retensi pendek/terbatas. Peserta didik diberi beberapa indikator terlebih dahulu tentang hal-hal yang didengar atau disimak; mereka mendemonstrasikan pemahamannya secara langsung dalam beberapa cara yang aktif.
4)        Identifikasi dan seleksi dengan retensi yang memerlukan waktu yang pamjang.
      Dalam setiap tahap itu diperlukan kemampuan tertentu agar proses menyimak dapat berjalan mulus. Misalnya, dalam fase mendengar bunyi bahasa diperlukan kemampuan menagkap bunyi. Telinga penyimak harus peka. Gangguan pada alat pendengaran menyebabkan penangkapan bunyi kurang sempurna. Di samping itu penyimak dituntut pula dapat mengingat bunyi yang telah ditangkap oleh ditelinganya. Kemampuan menangkap dan mengingat ini harus dilandasi kemampuan memusatkan perhatian.[3]
      Kemampuan memusatkan perhatian sangat penting dalam menyimak, baik sebelum, sedang, maupun setelah proses menyimak berlangsung. Artinya kemampuan memusatkan perhatian selalu diperlukan dalam setiap fase menyimak. Memusatkan perhatian terhadap sesuatu sesuatu berarti yang bersangkutan memusatkan pikiran dan perasaannya pada objek itu.
     Memusatkan perhatian merupakan pekerjaan yang sangat melelahkan. Karena itu kemampuan memusatkan perhatian tidak sama pada setiap saat. Hanya tiga perempat dari jumlah orang dewasa dapat memusatkan perhatiannya kepada bahan simakan dalam 15 menit bagian pertama. Dalam 15 menit bagian kedua jumlah itu menyusyut menjadi setengahnya. Dan 15 menit bagian ketiga jumlah itu hanya tinggal seperempatnya. Menyimak setelah lewat waktu 45 menit merupakan pekerjaan yang sia-sia karena pendengar sudah tak dapat lagi memusatkan perhatiannya.
      Di samping kemampuan memusatkan perhatian, masih ada satu kemampuan lagi yang diperlukan dalam fase menyimak, yaitu kemampuan mengingat. Dalam kemampuan mengingat sudah tercakup pengertian menyimpan dan dapat memproduksi kembali hal yang sudah diketahui. Sebelum menyimak, kemampuan mengingat digunakan untuk mengingat hal-hal yang berkaitan dengan hal yang akan disampaikan. Pada saat menyimak berlangsung, kemampuan menyimak digunakan untuk mengingat bunyi yang sudah didengar, perangkat kebahasaan untuk mengidentifikasi dan menafsirkan makna bunyi bahasa. Dalam fase menilai perlu diingat kembali semua hal yang relevan. Demikian juga dalam fase merespon, perlu dihadirkan kembali isi pesan bahan simakan, hasil penilaian, tuntutan isi bahan simakan, sebagai landasan menyusun reaksi, respon, atau tanggapan yang tepat.
     Perlu disadari bahwa kemampuan mengingat seorang terbatas. Apa yang sudah ditangkap, dipahami, diketahui bila disimpan dalam dua bulan sudah berkurang setengahnya saat diproduksi kembali. Mungkin dalam dua bulan berikutnya hanya sedikit yang tinggal. Karena itudiperlukan penyegaran, misalnya, membaca kembali sumbernya, memperhatikan kembali catatannya, mengekspresikan kembali simpanan itu baik secara lisan atau tulisan.
     Dalam fase mengidentifikasi, menginterpretasi, dan memahami diperlukan tiga atau empat kemampuan. Dua diantaranya, yakni kemampuan memusatkan perhatian dan mengingat, sudah dibicarakan. Kemampuan yang lainnya, yakni kemampuan linguistik dan non-linguistik akan dijelaskan dalam paragraf berikut.
     Melalui proses persepsi bunyi yang ditangkap oleh gendang pendengaran diteruskan ke syaraf-syaraf pendengaran. Penyimak menterjemahkan pesan dalam bentuk bunyi bahasa itu. Disini diperlukan kemampuan linguistik. Penyimak harus dapat memahami susunan dan makna dari fonem, kata, kalimat, paragraf, atau wacana yang telah dilisankan. Tidak hanya itu, gerak-gerik tubuh, ekspresi wajah, cara pengucapan, nada, dan intonasi pembicara, serta situasi yang menyertai pembicara perlu dipahami agar penafsiran makna dan pemahaman makna tepat. Kemampuan yang terakhir ini disebut kemampuan non –linguistik.
     Pesan yang sudah ditangkap, ditafsirkan dan dipahami maknanya. Setelah itu makna pesan itu perlu pula ditelaah, dikaji, diuji kebenaran isinya. Di sini diperlukan pengalaman yang luas, kedalaman dan keluasan ilmu dari penyimak. Kualitas hasil pengujian sangat duitentukan oleh kualitas orang yang mengujinya. Dalam fase menilai inilah diperlukan kemampuan menilai.
    Bunyi bahasa yang disampaikan oleh pembicara diterima oleh penyimak. Bunyi itu kemudian diidentifikasi, ditafsirkan, dipahami maknanya. Makna itu kemudian dikaji dari berbagai segi. Hasil pengkajian itu digunakan sebagai dasar untuk memberikan reaksi, respon, atau tanggapan. Disini diperlukan kemampuan memberikan tanggapan.
     Kualitas tanggapan diwarnai dan dipengaruhi oleh kualitas penangkapan pesan, penginterpretasian makna pesan, pemahaman makna pesan, penilaian pesan, dan ketepatan memberikan reaksi atas makna pesan. Kualitas individu yang berbeda menyeebabkan reaksi yang berbeda atas makna pesan yang sama.
      Kualitas pesan yang diterima menentukan ragam respon yang terjadi. Pesan yang kebenarannya diragukan kurang meyakinkan, atau pesan yang tidak didukung oleh argumentasi yang kuat akan menimbulkan reaksi cemooh, cibiran, atau gelengan kepala penyimak. Sebaliknya, pesan yang meyakinkan akan menghadirkan reaksi mengiakan, mengangguk, acungan jempol dari penyimak.
     Dari penjelasan-penjelasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dalam setiap fase menyimak diperlukan kemampuan tertentu. Kemampuan inilah yang dimaksud dengan kemampuan penunjang kemampuan menyimak. Menurut pengamatan penulis paling sedikit ada tujuh kemampuan penunjang menyimak, yakni[4]:
1)   Kemampuan memusatkan perhatian
2)   Kemampuan mengingat
3)   Kemampuan menangkap bunyi
4)   Kemampuan lingiuistik
5)   Kemampuan non-linguistik
6)   Kemampuan menilai
7)   Kemampuan menanggapi.
B.       Tujuan dan Peranan Menyimak
     Pada salah satu paragraf terdahulu sudah disinggung bahwa dalam menyimak terkandung tindakan yang disengaja.  Penyimak yang baik adalah penyimak yang berencana. Salah satu butir dari perencanaan itu ialah ada alasan tertentu mengapa yang bersangkutan menyimak. Alasan inilah yang kita sebut sebagai tujuan menyimak.
     Tujuan yang bersifat umum itu dapat dipecah-pecah menjadi beberaopa bagian sesuai dengan aspek tertentu yang ditekankan. Perbedaan dalam tujuan menyebabkan perbedaan dalam aktivitas penyimak yang besangkutan. Salah satu klasifikasi tujuan menyimak adalah seperti pembagian berikut, yakni menyimak untuk tujuan[5]:
1)   Mendapatkan fakta
2)   Menganalisis fakta
3)   Mengevaluasi fakta
4)   Mendapatkan inspirasi
5)   Menghibur diri
6)   Meningkatkan kemampuan bicara.
Adapun peranan menyimak diantaranya yakni sebagai berikut[6].
1)   Landasan belajar berbahasa
2)   Penunjang keterampilan berbahasa lainnya
3)   Pelancar komunikasi lisan
4)   Penambah informasi.

C.       Jenis-jenis menyimak
            Taraf hasil simakan bervariasi merentang mulai dari taraf terendah sampai taraf mendalam. Berdasarkan hasil taraf simakan tersebut dikenal sembilan jenis menyimak. Kesembilan jenis menyimak itu seperti yang tertera di bawah ini[7].
1)      Menyimak tanpa reaksi: penyimak mendengar sesuatu berupa suara atau teriakan, namun yang bersangkutan tidak memberikan reaksi apa-apa. Suara masuk ke telinga kiri – keluar dari telinga kanan.
2)      Menyimak terputus-putus: penyimak sebentar menyimak sebentar tidak menyimak, kemudian meneruskan menyimak lagi dan seterusnya. Pikiran menyimak bercabang, tidak terpusat pada bahan simakan.
3)      Menyimak terpusat: pikiran penyimak terpusat pada sesuatu, misalnya pada aba-aba, untuk mengetahui bila saatnya mengerjakan sesuatu.
4)      Menyimak pasif: menyimak pasif hampir sama dengan menyimak tanpa mereaksi. Dalam menyimak pasif sudah ada reaksi walau sedikit.
5)      Menyimak dangkal: penyimak hanya menangkap sebagian isi simakan. Bagian-bagian yang penting tidak disimak, mumgkin karena sudah tau, menyetujui atau menerima.
6)      Menyimak untuk membandingkan: penyimak menyimak sesuatu pesan, kemudian membandingkan isi pesan itu dengan pengalaman dan pengetahuan penyimak yang relevan.
7)      Menyimak organisasi materi: penyimak berusaha mengetahui organisasi materi yang disampaikan pembicara, ide pokoknya beserta detail penunjangnya.
8)      Menyimak kritis: penyimak menganalisis secara kritis terhadap materi yang disampaikan pembicara. Bila diperlukan, penyimak minta data atau keterangan terhadap pernyataan yang disampaikan pembicara.
9)      Menyimak kreatif dan apresiatif: penyimak memberikan responsi mental dan fisik yang asli terhadap bahan simakan yang diterima. (Green and Petty, Developing Language Skills in The Elementary Schools, Allyn and Bacon, Inc., Boston, 1969, halaman 162)

   Komisi kurikulum pengajaran bahasa Inggris di Amerika Serikat melandaskan klasifikasi menyimak pada taraf hasil simakan dan keterampilan khusus yang diperlukan dalam menyimak. Menurut komisi tersebut ada empat jenis menyimak. Nama setiap jenis menyimak beserta penjelasannya seperti diuraikan berikut ini.
1)        Menyimak marginal: menyimak marginal atau sekelumit, biasa juga disebut menyimak pasif. Orang yang sedang belajar sambil mendengarkan siaran radio adalah contojh menyimak marginal. Perhatian menyimak terhadap siaran radio hanya sambilan, sedikit, atau kecil.
2)        Menyimak apresiatif:penyimak larut dalam bahan yang disimaknya. Ia terpukau dalam menikmati dramatisasi cerita atau puisi, dalam menyimak pemecaha masalah yang disajikan secara orisinil oleh pembicara. Secara imajinatif penyimak seolah-olah ikut mengalami, merasakan, melakukan karakter pelaku cerita yang dilisankan.
3)        Menyimak atentif: penyimak dalam menyimak atentif dituntut memahami secara tepat isi bahan simakan. Misalnya menyimak isi petunjuk, pengumuman dan perkenalan. Salah satu karakteristik jenis menyimak ini ialah penyimak tidak berpartisipasi secara langsung seperti dalam percakapan, diskusi, tanya jawab, dan sejenisnya.
4)        Menyimak analisis: penyimak mempertimbangkan, menelaa, mengkaji bahan isi simakan yang diterimanya. Bila diperlukan, isi simakan dibandingkan dan dipertentangkan dengan pengalaman dan pengetahuan penyimak. Jenis menyimak ini perlu dikuasai oleh siswa atau mahasiswa agar mereka dapat menilai secara kritis apa yang mereka simak.

        Klasifikasi menyimak dapat pula didasarkan kepada cara penyimakan bahan simakan. Cara menyimak isi bahan simakan mempengaruhi kedalaman dan keluasan hasil simakan. Berdasarkan cara penyimakan dikenal dua jenis menyimak.
1)        Menyimak intensif: penyimak memahami terperinci, teliti, dan mendalam bahan yang disimak. Menyimak intensif mencakup menyimak kritis, menyimak konsentratif, menyimak kreatif, menyimak eksploratori, menyimak interogatif, dan menyimak selektif.
2)        Menyimak ekstensif: penyimak memahami isi bahan simakan secara sepintas, umum, dalam garis-garis besar, atau butir-butir penting tertentu. Menyimak ekstensif meliputi menyimak sosial, menyimak sekunder, menyimak estetik, dan menyimak pasif. (Tarigan, Prof.H.G., Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, Penerbit Angkasa, Bandung 1987, hal. 35)

D.       Faktor Penentu Keberhasilan Menyimak
       Penyimak adalah orang yang mendengarkan dan memahami isi bahan simakan yang disampaikan oleh pembicara dalam suatu peristiwa menyimak. Dibandingkan dengan faktor pembicara, pembicaraan dan situasi, faktor penyimak adalah yang terpenting dan paling menentukan keefektifan dalam peristiwa menyimak. sebab, walau ketiga faktor yang pertama sudah memenuhi segala persyaratan, bila si penyimak tidak mau menyimak, maka sia-sialah semuanya. Sebaliknya biarpun ketiga faktor yang pertama kurang memadai, kurang sempurna, asal si penyimak berusaha bersungguh-sungguh, tekun, dan kerja keras maka kefektifan menyimak dapat tercapai. Hal-hal yang perlu diperhatikan yang menyangkut diri penyimak antara lain[8]:
1)        Kondisi. Kondisi fisik dan mental penyimak dalam keadaan baik dan stabil. Penyimak tidak mungkin menyik secara efektif bila kondisi fisik dan mentalnya tidak menunjang.
2)        Konsentrasi. Penyimak harus dapat memusatkan pikirannya terhadap bahan simakan. Buat sementara, yang bersangkutan harus dapat menyingkirkan pikiran-pikiran lain selain bahan simakan.
3)        Bertujuan. Penyimak harus bertujuan dalam menyimak. yang bersangkutan harus dapat merumuskan tujuannya secara tegas sehingga ia mempunyai arah dan pendorong dalam menyimak.
4)        Berminat. Penyimak hendaknya berminat, atau mengusahakan meminati bahan yang disimaknya.
5)        Mempunyai kemampuan linguistik dan nonlinguistik. Penyimak haruslah memiliki kemampuan linguistik agar yang bersangkutan dapat menginterpretasi dan memahami makna yang terkandung dalam bunyi bahasa. Di samping itu penyimak juga harus memiliki kemampuan nonlinguistik. Kemampuan nonlinguistik berguna dalam membaca situasi, menafsirkan gerak-gerik pembaca, perubahan air mukanya, yang berfungsi sebagai pelengkap makna pembicaranya.
6)        Berpengalaman luas dan berpengetahuan. Penyimak yang memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas dan mendalam akan lebih mudah menerima, mencerna dan memahami isi bahan simakan.

      Penyimak yang dapat memenuhi persyaratan tersebut di atas pasti berhasil dalam setiap peristiwa menyimak. Penyimak yang belum dapat memenuhi persyaratan tersebut jelas akan mengalami berbagai hambatan dalam menyimak. penyimak seperti golongan terakhir ini sudah dapat dipastikan gagal dalam menyimak.

E.                 Cara Meningkatkan Daya Simak
     Untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan dalam menyimak dengan mudah, kita perlu meningkatkan daya simak, adapun kegiatan yang dapat meningkatkan daya simak seseorang diantaranya
1)   Menyimak secara konservatif.
    Untuk meningkatkan kegiatan menyimak, kegiatan konservatif dapat kita lakukan yaitu:
a.       Menyiagakan, menyuruh anak-anak untuk bersiap-siap keperluan perbaikan serta peningkatan dengan jalan mendiskusikan tanda-tanda atau ciri-ciri kurangnya perhatian para penyimak yang telah diperhatikan oleh para siswa pembicara dari waktu ke waktu.
b.      Mengadakan norma atau standar bagi menyimak yang sopan santun yang pandai dan lincah bercakap atau berbicara dengan menarik terutama dalam diskusi.
c.       Membuat rekaman percakapan kelas serta menerapkan norma-norma yang telah ditetapkan itu.
d.      Membuat suatu daftar norma-norma bagi penyimak sopan santun yang tumbuh secara berangsur-angsur.
e.       Mengevaluasi percakapan kelas berdasarkan norma menyimak sopan santun.
f.       Mendorong para siswa untuk mengevaluasi diri sendiri dengan mempergunakan daftar norma di atas.
g.      Kemudian, memberi kesempatan kepada wakil-wakil kelas untuk mengadakan evaluasi atas kegiatan menyimak berdasarkan norma yang telah ditetapkan. Dan menerapkan kepada anak-anak agar terlibat dalam menyimak kritis untuk meningkatkan kebiasaan menyimak mereka.
2)   Menyimak apresiatif
Menyimak apresiatif sangat berkaitan dengan aspek keresponsifan misalnya menbaca nyaring atau membaca bersuara sering yang merupakan latar belakang bagi menyimak apresiatif dalam menyimak responsive apabila para penyimak:
a.         Membuat sketsa tokoh sesuai dengan situasi yang dilukiskan dalam suatu cerita.
b.        Memainkan wayang secara spontan sebagai suatu respon terhadap cerita yang baru disimaknya.
c.         Menceritakan atau menulis suatu kesimpulan terhadap suatu cerita.
d.        Membuat latar belakang suara/bunyian dengan ritme instrument cerita yang melukiskan berbagai jenis suara atau kecepatan gerak, misalnya pada saat tokoh sedang berjalan cepat, melompat, atau gerakan lainnya.
     Pada saat guru bercerita dan memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menyimak secara apresiatif dan kreatif, misalnya pada saat mereka:
a.         Menceritakan kisah bersambung sehingga setiap peserta harus menyambungnya mulai dari awal sampai akhir.
b.        Menyaksikan adegan pertama suatu lakon, lalu secara spontan menyusun dan mempersiapkan adegan berikutnya.
c.         Menyimak petunjuk cerita, yang menimbulkan serta menyarankan cerita-cerita spontan pada pihak para penyimak.
d.        Lalu siswa memperhatikan dan mencatat ide-ide yang telah disajikanoleh guru atau teman sekolah.


F.     Ciri-Ciri Penyimak yang Ideal
Menurut Djago Tarigan mengidentifikasi ciri-ciri menyimak ideal sebagai berikut:
a.       Berkonsentrasi. Artinya penyimak harus betul-betul memusatkan perhatian kepada materi yang disimak.
b.      Penyimak harus bermotivasi. Artinya tujuan tertentu sehingga untuk menyimak kuat.
c.       Penyimak harus menyimak secara menyeluruh. Artinya penyimak harus menyimak materi secara utuh dan padu.
d.      Penyimak harus menghargai pembicara.
e.       Penyimak yang baik harus selektif, artinya harus memilih bagian-bagian yang inti.
f.       Penyimak harus sungguh-sungguh.
g.      Penyimak tidaj mudah ragu.
h.      Penyimak harus cepat menyesuaikan diri.
i.        Penyimak harus kenal arah pembicaraan.
j.        Penyimak harus kontak dengan pembicara.
k.      Kontak dengan pembicara.
l.        Merangkum.
m.    Menilai.
Merespon.


[1] Djago Tarigan, Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia 1, (Jakarta: Universitas Terbuka, 1996),  h. 4.
[2] Iskandarwassid, Dadang  Suhendar, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2013), h. 230.                  
[3] Materi Pokok Bahasa Indonesia 1, h. 16-18.
[4] Ibid. h. 18.
[5] Ibid. h. 4.
[6] Ibid. h. 8.
[7] Ibid. h. 25-26.
[8] Ibid. h. 37-38.

 
Posted by: Nadiafa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pendekatan Pembelajaran IPA SD/MI

Fase-fase Perkembangan Anak Usia SD

Proses Pengembangan Kurikulum